ULAMA NUSANTARA

Biografi KH Abdul Ghoni Rangkah

Profil Ulama | Biografi KH Abdul Ghoni Rangkah

Biografi KH Abdul Ghoni Rangkah

KELAHIRAN

KH. Abdul Ghoni dilahirkan di Rangkah Buntu, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya. Beliau adalah anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan H. Abu Bakar alias ‘Ashiman (nama sebelum menunaikan ibadah haji) dan ibu Yatimah.

Awalnya nama beliau adalah KH. Yatiman, namun setelah mondok nama beliau diganti menjadi Abdul Ghoni.

KELUARGA

Ketika beliau sedang berdakwah di daerah Kali Lom (sekitar Kedung Cowek), beliau pernah dijadikan sebagai menantu oleh seorang tokoh di lingkungan tersebut, namun akhirnya tak bertahan lama dan terpaksa berpisah.

Namun tidak lama kemudian, sekitar tahun 1936, KH. Ishaq bin Idris, seorang kiai di daerah Kedung Pengkol, tertarik untuk menjadikannya sebagai menantu. Akhirnya, KH. Abdul Ghoni dinikahkan dengan salah seorang putri beliau yang bernama Siti Ashfiyah.

PENDIDIKAN

Latar belakang pendidikan KH. Abdul Ghoni baik yang formal maupun informal tidak terlalu diketahui dengan pasti. Yang pasti, banyak yang menceritakan bahwa beliau pernah mengaji (nyantri kalong, santri yang tidak tinggal di pondok) kepada KH. Dahlan Ahyat, Kebon Dalem – Surabaya.

Selain itu, beliau sering mengikuti majlis taklim yang diadakan oleh KH. Muhammad bin Yusuf di Sukodono, Surabaya, dan memiliki banyak guru lainnya seperti :

  • Abuya As Sayyid Muhammad Al Maliki,
  • KH. Ma’ruf Kedung lo,
  • Mbah Wali Idris (rangkah II),
  • Mbah KH. Anwar Rangkah,
  • Mbah KH. Wahab Chasbulloh Jombang,
  • dan juga Mbah KH. Romli Tamim Peterongan Jombang yang menjadi Guru dalam dunia Thariqoh dan Tasawwuf.

Selain itu, beliau juga sering bertemu dengan Habib Muhammad Bin Husein Al Aidrus (Habib Neon).

KH. Mashduqi, putra ke-3 dari KH. Miftahul Akhyar, pernah menceritakan bahwa beliau pernah bertemu dengan Habib Neon dan menceritakan tentang putra tertuanya yang bernama KH. Ahmad Baidhowi, yang suka bertingkah aneh dan tidak pernah pulang. Habib Neon menjawab, “Biarkan saja, nanti dia akan pulang sendiri ketika sudah matang”.

KH. Abdul Ghoni juga belajar kepada Syekh Masduqi Lasem, KH. Zubair Sarang, KH. Abdul Hamid Pasuruan, dan banyak guru lainnya.

Salah satu guru beliau yang selalu hadir dalam acara rutin Haul Syekh Abdul Qodir Al Jilany di Rangkah adalah Habib Abdulloh bin Abdul Qodir Bilfaqih Malang.

MENDIRIKAN PESANTREN

Awalnya, KH. Abdul Ghoni hanya mendirikan langgar (musholla) untuk kegiatan pengajian umum. Pada sore hari, langgar tersebut digunakan untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak di sekitar tempat tinggal beliau.

Dengan bantuan penduduk setempat, terutama H. Syukri sebagai penyandang dana, langgar tersebut berkembang menjadi pusat dakwah di daerah tersebut.

Pada tahun 1959, didirikanlah sebuah madrasah sederhana bernama Tahsinul Akhlaq, yang menjadi embrio dari berdirinya pesantren tersebut.

Madrasah tingkat dasar atau ibtida’iyyah ini dikelola sendiri oleh KH. Abdul Ghoni dan keluarganya, dengan beberapa pengajar yang didatangkan dari luar.

Selain sibuk mengajar di madrasah, KH. Abdul Ghoni tetap aktif dalam melakukan dakwah dan mengisi pengajian rutin di kampung-kampung di wilayah sekitar kecamatan Tambaksari, Kenjeran, dan Sukolilo.

Setelah kiai Surabaya alumni Pesantren Kebon Dalem, KH. Dahlan Ahyat, wafat pada akhir tahun 1962, KH. Abdul Ghoni dan beberapa kiai lain sepakat untuk melanjutkan mengisi pengajian rutin di Kebon Dalem secara bergiliran.

Pada pertengahan tahun 1970-an, KH. Miftakhul Akhyar, putra KH. Abdul Ghoni yang baru pulang dari nyantri di Lasem, menggantikan posisi beliau dalam mengisi pengajian di Kebon Dalem.

Tahsinul Akhlaq Bahrul Ulum

Pada tahun 1970-an, setelah putri beliau, Nyai Hj. Siti Muayyadah, kembali dari menuntut ilmu di pondok pesantren di Jombang, didirikanlah pesantren putra dan putri bernama Tahsinul Akhlaq Bahrul Ulum.

KH. Abdul Ghoni menjadi pengasuh, sedangkan Nyai Hj. Siti Muayyadah menjadi ketua yayasannya yang mengurusi berbagai kebutuhan pesantren dan madrasah.

Nama pesantren ini diambil dari perpaduan antara Madrasah Tahsinul Akhlaq yang sudah ada sebelumnya, dan nama Bahrul Ulum yang berasal dari Pesantren Tambak Beras, Jombang, tempat Nyai Hj. Siti Muayyadah menuntut ilmu.

Dibawah kepemimpinan Nyai Hj. Siti Muayyadah, madrasah terus berkembang dan mencakup jenjang pendidikan dari Raudlatul Athfal hingga Madrasah ‘Aliyah. Pada tahun 1990-an, yayasan ini berhasil membuka cabang madrasah di daerah Kedinding. KH. Abdul Ghoni memiliki peran sentral dalam membangun dan memajukan Pesantren Tahsinul Akhlaq Bahrul Ulum hingga beliau meninggal dunia pada akhir tahun 2007.

TELADAN

KH. Abdul Ghoni memberikan contoh ketekunan dalam menuntut ilmu, keikhlasan, dan keteguhan dalam berjuang di jalan Allah SWT.

Show More

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker