Profil Ulama | KH Muchtar Thabrani Ulama Dari Bekasi
Kehidupan Awal
Lahir pada 1901 di desa Kaliabang Nangka, wilayah utara Bekasi saat ini, KH. Muchtar Thabrani adalah anak dari Thabrani.
Meski berasal dari keluarga petani sederhana yang menggantungkan hidup dari hasil panen seringkali tak menentu, semangat dan ketabahannya untuk mengenyam ilmu dan berjuang demi agama tidak pernah luntur.
Beberapa kali, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sang ayah harus berjualan daun sirih.
Meninggal Dunia
Tahun 1971 menjadi tahun berakhirnya perjalanan hidup KH. Muchtar Thabrani, di Pondok Pesantren Annur, tempat ia banyak menginspirasi dan mendidik generasi penerus.
Keluarga
KH. Muchtar menikah pada usia 41 tahun dengan Hj. Ni’mah Ismail, yang kala itu berusia 14 tahun dan merupakan putri H. Ismail asal Kemayoran, Jakarta.
Upacara lamarannya dihadiri oleh dua sahabat KH. Muchtar, KH. Noer Ali dan KH. Tambih, yang ikut serta dalam prosesi pernikahan.
Dari pernikahan tersebut, mereka dikaruniai tujuh oranak, empat laki-laki dan tiga perempuan.
Pendidikan
Sebagai anak tertua, KH. Muchtar dimaksudkan oleh ayahnya untuk menjadi ulama. Maka ia pun mulai belajar Al-Qur’an dari Guru Mughni sedari kecil dan demonstrasi keimanan ayahnya yang kuat tercermin ketika dia mendekati ulama yang datang ke Kaliabang Nangka, memohon doa agar Muhtar menjadi ulama besar.
Keinginan untuk mendalami ilmu agama membawa Muchtar muda memperdalam ilmunya di Pondok Pesantren Guru Marzuqi di Cipinang Muara.
Setelah cukup dewasa dan berpengetahuan, ia kembali ke desanya untuk menyebarkan dakwah, di tempat yang saat itu masih dipenuhi praktik animisme dan dinamisme yang bertolak belakang dengan ajaran Islam.
Dakwah dan Haji
Muchtar berhasil menjadi tokoh pemuda terhormat di usia 20, mengubah pandangan masyarakatnya akan ajaran Islam.
Tidak lama kemudian, ia mendambakan untuk pergi haji, sebuah impian yang baru terwujud setelah enam tahun mengumpulkan biaya.
Di tanah suci, ia mendapat pembelajaran dari Syekh Muchtar At-Atharid dan Syekh Ahyad, yang terakhir ini sangat mempengaruhi pemikiran dan perkembangan ilmunya.
Mendirikan Pesantren
KH. Muchtar mendirikan Pondok Pesantren pertamanya dengan mengusung nama asal desanya, Kaliabang Nangka, yang kemudian berkembang menjadi Pondok Pesantren Annur.
Gaya mengajarnya yang tegas dan keras diketahui telah membentuk santrinya menjadi ulama ulung yang turut mendirikan pesantren dan madrasah selanjutnya, termasuk para putra-putrinya.
Karya dan Peran dalam NU
Berbagai karya penting KH. Muchtar Thabrani, seperti “Targhiib al-Ikhwaan fii Fadhiilah Ibaadaat Rajab wa Sya
baan wa Ramadhaan” dan “Tanbiih Al-Ghaafil fii At-Taththawuaat wa Al-
Ibaadaat Wa An-Nawaafil”, menjadi warisan penting bagi pengikutnya.
Selain itu, beliau merupakan Rais Syuriyah pertama PCNU Kota Bekasi, berperan penting dalam membangun dasar organisasi Nahdlatul Ulama di wilayah ini.
Kehidupan KH. Muchtar Thabrani, dari awal hingga akhir, mengisahkan perjuangan dan dedikasi yang tidak lelah terhadap penyebaran dan pendidikan agama Islam.
One Comment