Profil Ulama | KH. Abdurrohim Al Baqir ; Ulama Sekaligus Tabib
Kelahiran dan Kehidupan Awal
Pada tahun 1941, sebuah kehadiran bersejarah hadir di tengah komunitas Dusun Nongko Kerep, Desa Sampurnan, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Ialah KH. Abdurrohim Al-Baqir, sosok yang terlahir dari keturunan terhormat; anak dari Kiai Baqir bin Hasyim bin Abdurrohim bin Nidhomuddin dan Nyai Afifah binti Ali binti Ismail.
Melalui garis ayahnya, beliau menelusuri akarnya kembali ke Madura, turunan dari KH. Nidhomuddin—guru besar Syaikhona Kholil Bangkalan; sementara dari pihak ibunya, ia terkait erat dengan Pesantren Qomaruddin Gresik, salah satu pesantren tertua dan paling prestisius di daerah tersebut.
Sejak usia muda, Abdurrohim Al-Baqir telah menyerap nilai-nilai religius yang mendalam, dipandu oleh sang ayah yang senantiasa menanamkan pentingnya akhlak dan kehati-hatian dalam bersikap dan bertutur kata. Hal ini terbukti dengan karakternya yang sopan dan keilmuan yang luas, mencerminkan pepatah para ulama yang menyatakan bahwa adab memiliki nilai yang melebihi ilmu.
Pendidikan dan Karakter
Berkat bimbingan yang ketat dari keluarga yang memiliki dedikasi tinggi pada pendidikan agama dan moral, Abdurrohim Al-Baqir menjalani pendidikannya dengan serius, mempelajari disiplin-disiplin agama seperti Fiqih, Nahwu Sorof, dan juga kitab-kitab klasik lainnya.
Setelah memperoleh dasar yang kukuh di kampung halamannya, ia pun melanjutkan perjalanan ilmiahnya ke berbagai pesantren terpandang yang diasuh oleh ulama-ulama berkharisma.
Kehidupan di pesantren mengukir kebiasaan rajin belajar dan senantiasa beribadah dalam dirinya. Kesungguhannya dalam mencari ilmu dan kehati-hatian dalam berbicara, menunjukkan kepatuhannya pada ajaran Nabi saw: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam.”
Setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren yang berpengaruh, seperti Pesantren Sidoresmo, Al-Hidayah, dan Salafiyah, Abdurrohim Al-Baqir mulai dikenal luas karena dedikasinya terhadap dakwah dan penyebaran Islam, termasuk mendirikan TPQ di beberapa daerah yang eksis hingga saat ini.
Keluarga dan Pengaruhnya
Menikahi Ni’matus Sholihah, beliau berbagi hidup dengan menyatukan kekuatan dan membangun sebuah pesantren yang kelak meraih penghormatan tinggi, dengan santri dan alumni berpengaruh di masyarakat.
Dengan sembilan anak yang dibesarkan dalam pendidikan karakter yang kuat dan akhlak mulia, rumah tangga Abdurrohim berhasil mengukuhkan nilai-nilai yang sama seperti yang telah diajarkan oleh ayahnya terhadapnya.
Kontribusi pada Masyarakat
KH. Abdurrohim Al-Baqir tidak hanya fokus pada bidang pendidikan, tetapi juga dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat luas, khususnya di Gresik.
Melihat kebutuhan mendesak akan pendidikan yang memadai bagi anak yatim dan kaum dhuafa, beliau mendirikan sebuah pesantren yang memberikan pendidikan gratis serta menunjang kehidupan santri yatim piatu, dengan berbagai keterampilan yang diajarkan untuk memperlihatkan pentingnya kemandirian dan wirausaha.
Mengasuh Pesantren
Menunjukkan komitmennya dalam melatih santri di bidang pertanian, peternakan, pertukangan, dan bisnis kecil lainnya, Pesantren APTQ di bawah asuhan Abdurrohim Al-Baqir mengambil langkah independen dalam mendapatkan sumber daya dan tidak bergantung pada uluran tangan pemerintah. Santri-santrinya diajar untuk selalu mandiri, sementara mereka yang sudah menjadi alumni sering kembali untuk sekedar menimba nasihat atau mendapat dukungan spiritual.
Seorang Tabib Handal
Dengan kerendahan hati, Kiai Abdurrohim Al-Baqir juga terkenal dengan keterampilannya di bidang kedokteran tradisional. Seperti ulama besar sebelumnya, beliau mengintegrasikan ilmu agama dan dunia dengan meracik obat herba sendiri untuk mengobati berbagai penyakit yang diderita masyarakat, sambil terus memperdalam meresapi nilai-nilai Islam dalam pengobatannya.
Ketokohan dan sumbangsih KH. Abdurrohim Al-Baqir dalam pendidikan, penyebaran agama, wirausaha, dan kedokteran tradisional telah mengukir jejak yang mendalam dan abadi di hati masyarakat sekitar, meneguhkan keberadaan sosok yang tidak hanya melahirkan generasi terdidik, tetapi juga generasi yang berbudi luhur, mandiri, dan berguna bagi agama serta bangsa.
One Comment